Saham Otomotif Mogok Berjamaah, Pertanda Apa Ini?
Saham https://rumahkasterbaik.lat/ emiten komponen kendaraan Grup Astra PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) merosot 4,53% ke Rp2.530/saham. Ini membuat saham AUTO sudah memerah 3 hari beruntun dan belum pernah menghijau sejak terakhir pada 2 November.
Saham PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) ambles 4,07% ke Rp1.295/saham. Saham DRMA sudah memerah selama lima hari beruntun. Saham Grup Astra PT Astra International Tbk (ASII) melemah 2,16% secara harian. Dalam sepekan, saham ASII tergerus 4,64%.
Saham diler mobil Nasmoco PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk (CARS) dan Grup Salim PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) masing-masing terkoreksi 0,86% dan 0,73%. Saham PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) juga melemah 0,27%.
Hanya saham produsen ban PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) yang sukses naik tipis 0,59% pada Senin. Namun, dalam seminggu saham GJTL longsor 5,00%.
Sejatinya, sektor otomotif mendapatkan katalis terbaru, yakni berupa terkait keputusan Bank Indonesia (BI) pada rapat pekan lalu untuk melanjutkan ketentuan uang muka kredit pembiayaan bermotor paling sedikit 0% untuk semua jenis kendaraan bermotor baru untuk dorong kredit di otomotif diperpanjang dan berlaku efektif 1 Januari sampai 31 Desember 2024.
Kebijakan ini merupakan lanjutan dari kebijakan Loan To Value (LTV) dan Financing to Value (FTV) serta uang muka kendaraan yang dirilis sejak 2021 dan berlanjut hingga akhir 2023. Kini dengan kebijakan baru ini, insentif FTV, LTVdan uang muka bergeser hingga 2024.
Selain relaksasi sektor otomotif, BI juga memutuskan untuk melanjutkan pelonggaran Rasio LTV untuk Kredit Properti dan Rasio FTV untuk Pembiayaan Properti menjadi paling tinggi 100%.
Penjualan Mobil Lesu
Penjualan mobil Tanah Air loyo pada bulan lalu. Penjualan mobil Oktober 2023 tercatat naik tipis, hanya 352 unit atau 0,44% menjadi 80.271 unit dibandingkan September 2023.
Penjualan mobil nasional pada Oktober 2023 juga masih lebih rendah sebesar 13,86% dibandingkan Oktober tahun 2022 yang tercatat mencapai 93.194 unit.
Sejak awal 2023, penjualan bulan Oktober adalah terendah ketiga. Di mana, penjualan paling rendah sejak awal tahun ini tercatat di Mei dengan hanya 58.981 unit, lalu disusul bulan September dengan angka 79.919 unit.
Data Gaikindo menunjukkan, Toyota dan Lexus masih mencetak penjualan tertinggi. Penjualan Toyota dan Lexus pada Oktober 2023 tercatat sebanyak 27.656 unit, naik dari sebulan sebelumnya yang mencapai 26.164 unit.
Sementara itu, penjualan mobil LCGC di Oktober 2023 justru menunjukkan kenaikan. Yaitu, dari 17.148 unit di bulan September menjadi 20.695 unit di bulan Oktober.
“Secara akumulatif, penjualan wholesales mobil nasional pada Januari-Oktober 2023 mencapai 836.049 unit. Sementara penjualan mobil Grup Astra pada Januari-Oktober 2023 tercatat 465.869 unit dengan pangsa pasar wholesales mobil Astra sebesar 56%. Kami berharap penjualan mobil nasional dapat terus positif hingga akhir tahun”, ujar Head of Corporate Communications Astra Boy Kelana Soebrotodalam keterangan resmi, Senin (13/11/2023).
Proyeksi 2023
Adapun Gaikindo menargetkan penjualan selama 2023 ini lebih dari 1 juta unit. Secara umum, sektor otomotif di Indonesia merupakan salah satu motor penggerak perekonomian dalam negeri.
Proyeksi jangka panjang untuk industri ini tetap sangat menjanjikan, didukung oleh potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan jumlah penduduk yang besar.
Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara, penetrasi kendaraan empat roda di Indonesia masih lebih rendah. Di sisi lain, pemerintah juga sedang mengakselerasi pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas, yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi daerah di tanah air.
Hal ini akan meningkatkan mobilitas masyarakat dan barang, mendorong permintaan akan beragam moda transportasi.
Meskipun penjualan kendaraan hampir pulih pada 2022, produsen otomotif masih akan waspada menghadapi perubahan dinamika dalam industri ini.
Tantangan tersebut termasuk tekanan biaya dari bahan baku dan gangguan dalam rantai pasokan global akibat dampak pandemi, persaingan pasar yang ketat, dan konflik geopolitik.