– Trafik internet dikuasai oleh robot otomatis yang melakukan berbagai tugas secara berulang atau disebut ‘bot’. Fakta ini berisiko meningkatkan serangan siber di internet.
Setidaknya begitu menurut laporan terbaru ‘Imperva Bad Bot Report 2023’. Menurut laporan, sebanyak 47,4% trafik di internet dikuasai oleh bot. Peningkatannya 5,1% secara tahun-ke-tahun (YoY).
Di saat bersamaan, proporsi trafik internet yang dilakukan secara organik oleh manusia menurun jadi 52,6%. Ini adalah level terendah selama 8 tahun terakhir.
Trafik bot pada dasarnya menyebar di akses website dan aplikasi yang dilakukan oleh robot. Secara umum, hal ini bisa dipandang positif dan praktis, khususnya untuk https://5.61.57.251/trafik bot yang berperan sebagai asisten digital.
Namun, bot yang jahat atau tak aman juga memiliki fungsi serupa. Jika disisipi virus berbahaya, bot yang berguna bisa menjadi penyebar virus paling efektif.
Hasilnya, bot bisa digunakan untuk menyerang aplikasi, website, serta API atau tool pembuat aplikasi, dikutip dari TechRadar, Senin (15/5/2023).
Untuk skenario terburuk, bot bisa dimanfaatkan penjahat siber untuk menambang dan mencuri data, melakukan penipuan transaksi, serta menyisipkan virus berbahaya.
Menurut laporan Imperva, pada 2022 lalu, bot jahat atau ‘bad bot’ berkontribusi terhadap 2,5% dari keseluruhan trafik internet. Kini presentasenya naik jadi 30,2%.
Laporan juga menyebut ini adalah tahun ke-4 secara berturut-turut, di mana bad bot tumbuh signifikan di internet. Lebih dari setengah trafik bad bot atau 51,2%, berasal dari bot canggih yang cara berkomunikasinya benar-benar natural alias mirip manusia.
“Tren ini cukup mengkhawatirkan untuk para pebisnis. Banyak bot canggih yang menggunakan teknik tertentu, sehingga bisa menyamar sebagai manusia,” kata tim peneliti.
“Bad bot bisa menghindari deteksi dengan berselancar melalui IP acak, masuk melalui proxy anonim, dan mengubah identitas,” para peneliti menyimpulkan.
Sejauh ini, peredaran bad bot paling banyak terdeteksi di Jerman, Irlandia, Singapura, dan Amerika Serikat. Akibatnya, industri ritel, periklanan, dan keuangan makin sering mengalami serangan.